Puisi

AKU, BUKAN KEADILAN
Karya: Rizki Akbar Sentosa
Kala angin pancaroba tak lagi berhembus,
Dan negara mulai kehilangan durinya,
Aku terbangun,
Menyelami retak-retak tanah ini dan
Membersihkan sisa-sisa keadilan.
Jelata, jelata pengais berita!
Belaga menyinari halaman latarku,
Menyibak, memaki, mengecam..
Dan berteriak,”Indonesia belum merdeka gara-gara orang orang seperti ini”
Aku, aku tidak peduli.
Karena aku.. Aku adalah.. Terbang..
Terbang menuju mahkota,
Mahkota! Mahkota raja, aku tidak takut..
Mahkota raja dalah tempatku berpijak.
Aku adalah dalang kurawa,
Kutarikan wayang-wayang dengan darah
Dan kusulut dengan amarah rakyat,
Yang menangisi keadilan
Negeri ini bukanlah Negeri Majapahit,
Yang membunuhku, jika aku
Menarikan jariku diatas bon-bon, bon-bon kepalsuan.
Tidak, sekalipun tidak terbesit..

Hingga suatu hari..
Seorang narapidana
Dengan sok gagah,
Menari, mau perang!
Ia berkata padaku,
Engkau bukanlah raja, engkau bukan pula budak,
Namun, engkau adalah budaknya budak, budaknya otak, budaknya nafsu!
Wahai dewa air, tenggelamkanlah dia..
Seketika itu, aku mencekiknya dengan uang.
Dan ia.. Aku mati, ya, kau puas..
Namun kau juga mati, tapi tidak bisa mati..
Dan ia pun mati

Tapi, kini aku jadi bingung, takut
Seakan tanah negeri ini akan membuangku kedalam sana
Aku jatuh, tenggelam, dan aku menjerit sejerit-jeritnya..
Jeritanku membangunkanku dari semua kepalsuan.

Aku, aku tidak mati, aku hidup..
Tapi aku mati, ahhhh..
Aku hanya bersandiwara
Awak itu masih tidur dengan buku-bukunya
Ini tentang aku, kriminalitas, penguasa negeri..
Aku, bukan keadilan.

Leave a comment